Andi Nur Bau Massepe
2 min readMar 12, 2023

--

Alkisah Manajer Marketing pasca pandemi

Setelah badai Covid 19 berlahan berlalu, kembali bertemu klien, mitra bisnis, dan kolega bisnis lainnya. Kita awalnya bekerja dari rumah dengan online dan WFH (Work From Home), kini memulai kebiasan kerja lama, sebelum pandemi.

Pola-pola dulu seperti pertemuan diwarung kopi, habiskan banyak waktu bertemu klien dilapangan golf, entertainment sana sini. Yah Seperti yang dulu. Seperti reuni saja.

Awal mula PPKM, semua manager marketing menganggap digital marketing penting, perusahaan ini harus adopsi secepatnya. Berbagai cara ditempuh, outsorce tenaga digital marketing, pelatihan digital marketing, belajar teknologi ini itu, belajar adopsi platfom social media ini itu.

Harapannya penjualan tetap naik, namun kenyataanya?
Pelanggan kita tidak pernah datang lagi. Mereka telah berlabuh pada merek lain, perusahaan lain, Bos besar tidak henti-hentinya marah-marah. Bikin pusing. Target tidak tercapai. Bonus dikurangi. Alamaaakkk !

Digital marketing sangat berbeda dengan pemasaran konvesional. Intinya kemapuan mengembangkan costumer base, (CRM) Costumer Relationship Management, Paham kerja teknologi masing-masing Social media, akrab dengan pola machine learning, dashboard analitik. Kita juga harus paham tentang konten marketing, platform pembayaran, menyiapkan tim teknis. Ini sama saja restrukturisasi bisnis.
Singkatnya mengurus perusahaan dari awal lagi. Sementara gaji tidak naik-naik bosku.

Tidak heran Manajer Marketing lebih senang kembali lagi kecara-cara lama. Mengapa ?

Alasannya pertama Manajer Marketing menolak yang namanya perubahan, tentu ada pengorbanan seperti waktu, harus belajar lagi, terlihat bodoh.

Soalnya digital marketer itu diurus bocah ingusan, gayanya minta ampun sudah sekelas Mark Zukember. Baperan, cepat nyerah, ditegur dikit sudah nelongso, cocok lah disebut strawberry generation, kata Prof Rhenald Kasali.

Tidak ada solusi, malah cost melulu. Kapan cuannya.
Perusahaan pun kacau, software yang dibeli kadaluarsa dengan sendirinya. Teknologi yang dibeli akhirnya disimpan digudang.

Memang lebih nyaman Kembali ke zaman sebelum pandemi.

Tapi maaf bos omzet turun terus.

Solusi nya Lebih baik cabut dari perusahaan. Toh perusahaan ini juga sudah mau colaps. Kita coba peruntungan baru jadi pelaku UMKM.

Panakukang, 11 Maret 2023
ANBM

--

--

Andi Nur Bau Massepe

I am lecturer and business consulting for SME’s. Teaching for marketing and strategic management at Magister of Management Hasanuddin University.